Berkreasi, Berkarya, Berjuang dengan Pena

Sabtu, 29 Januari 2011

BERMAKSIATLAH TAPI JANGAN DI BUMI MILIK ALLAH_NASEHAT IBRAHIM BIN ADHAM

BERMAKSIATLAH TAPI JANGAN DI BUMI MILIK ALLAH 

(NASEHAT IBRAHIM BIN ADHAM)

“Ya syaikh, sesungguhnya jiwaku selalu cenderung mengajakku untuk bermaksiat kepada Allah, maka apakah nasehatmu kepadaku?” Begitu kata seorang laki – laki ketika bertemu Ibrahim bin Adham.

Ibrahim bin Adham terdiam sejenak kemudian berkata “Jika memang jiwamu mengajakmu untuk bermaksiat kepada Allah, maka kamu boleh saja mengikuti ajakan jiwamu itu, lakukan saja maksiat yang ingin kamu lakukan asalkan engkau bisa memenuhi 5 syarat; (1) kamu melakukan maksiat itu tidak di bumi milik Allah, (2) kamu melakukan maksiat itu tetapi kamu tidak makan sedikitpun dari rizqi dari Allah, (3) kamu melakukan maksiat di tempat yang tersembunyi sehingga kamu merasa aman dari penglihatan Allah, (4) kamu melakukan maksiat dan nanti kamu bisa menolak kedatangan malaikat maut yang datang untuk mencabut nyawamu, dan (5) kamu melakukan maksiat asalkan nanti kamu bisa melarikan diri dari malaikat azab yang menggiringmu ke neraka karena maksiatmu.”

Laki – laki itu menangis “Bagaimana mungkin ya syaikh? Mana mungkin aku bisa memenuhi 5 syarat itu sedangkan aku hidup di bumi milik Allah, aku makan dari rizqi yang Dia berikan, Dia Maha Melihat segala yang tampak dan tersembunyi, Ajal yang telah ditetapkan untukku tidak mungkin untuk dirubah, dan malaikat zabaniyah tidak akan melepas para pendosa di akhirat nanti...”

“Subhanallah...” Kata Ibrahim bin Adham “Jika kamu sadar bahwa kamu hidup di bumi Allah, kamu juga tidak bisa makan kecuali karena rizqi dariNya, kamu juga mengerti bahwa tidak ada yang dapat sembunyi dari penglihatanNya, kamu juga sadar tentang ajalmu yang tidak mungkin diakhirkan walau sesaat, dan kamupun telah mengerti bahwa ada adzab pedih di hari akhir... lalu apakah kamu masih berpikir bahwa kamu pantas untuk bermaksiat kepada Allah?”

Tetes air mata laki – laki itu menetes deras tak terbendung, tersungkur tubuh kekarnya serasa tak lagi bertulang... “astaghfirullahal ‘adzim wa atubu ilaihi” terucap tiada henti dari bibir yang telah bersih terbasuh pengakuan salah, dari hati yang bersih karena taubat...

terjemah bebas dari قصة إبراهيم بن أدهم مع رجل http://www.atiaf.com/vb/showthread.php?t=1017

Rabu, 26 Januari 2011

MUKMIN CERMIN BAGI MUKMIN_ETIKA KRITIK

الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ أَخِيهِ الْمُؤْمِنِ
“Seorang mukmin adalah cermin saudaranya yang beriman lainnya”.

(Abu Daud)

Cermin, kepadanyalah kita bertanya tentang kekurangan kita, dialah yang kita cari kala kita hendak ingin mencari tahu kekurangan kita dalam berpenampilan, karena dialah yang dengan jujur memberitahu kekurangan kita dan memberitahu pula apa yang harus kita lakukan untuk membenahi kekurangan yang ada.
Mukmin adalah bak cermin bagi sesama mukmin yang harus berkata jujur untuk menasehati, memberi kritik dan saran untuk kebaikan saudaranya. Dan Mukmin juga harus dengan legowo menerima segala kritik jujur yang keluar dari saudaranya sesama mumin.
Sungguh tidak pantas terjadi pada diri mukmin untuk tidak menerima kritik atau seperti kata pepatah “buruk rupa cermin dibelah.” Tidak pantas pula bagi mukmin untuk menjadi cermin pecah, terbelah yang tidak mampu jujur memberi saran dan kritik atas kekurangan saudaranya.
Kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan. Secara etimologis berasal dari bahasa Yunani κριτικός, kritikós – “yang membedakan”, kata ini sendiri diturunkan dari bahasa Yunani Kuna κριτής, krités, artinya “orang yang memberikan pendapat beralasan” atau “analisis”, “pertimbangan nilai”, “interpretasi”, atau “pengamatan”… (http://id.wikipedia.org/wiki/Kritik)
Agar kritik dapat produktif, menuju perbaikan, dan tidak memperburuk keadaan, maka etika kritik menjadi wajib diberlakukan ;
  1. Memahami permasalahan. Kritik dari orang yang tidak mengerti permasalahan sering menjadi sebab sebuah masalah justru semakin ruwet.
  2. Malakukan kritik dengan :
    • Sehat, yaitu dengan menunjukkan bukti – bukti terjadinya kesalahan, bukan hanya sekedar menyebutkan adanya kesalahan yang tidak bisa dibuktikan yang cenderung membawa kepada pertikaian.
    • Adil, yaitu dengan memberikan solusi untuk keluar dari kondisi salah menuju benar, dari kondisi jelek menuju baik.
  3. Memperhatikan sopan santun dalam mengkritik. Kritik yang disampaikan dengan bahasa yang santun, dengan cara yang lembut (apalagi yang dikritik orang yang lebih dewasa) tunya akan lebih mendapat perhatian daripada jika kritik itu dilakukan dengan cara kasar dan kaku yang cenderung mangakibatkan tertolaknya kritik dan mendatangkan perdebatan panjang.
  4. Memperhatikan situasi dan kondisi. Kritik adalah krtitik yang muncul dari sebuah analisa terjadinya kekurangan dan disampaikan dengan tujuan perbaikan, bukan untuk menjatuhkan atau mempermalukan orang yang memiliki kekurangan dan kesalahan. Imam Asy-Syafi’i dalam catatannya tentang kritik/nasehat : “Lakukanlah Nasehatmu dalam kesendirian dan janganlah kau lakukan itu di depan khalayak ramai. Sesungguhnya nasehat/kritik di depan khalayah ramai adalah termasuk tindakan mempermalukan…”
  5. Membedakan antara lembaga (jama’ah/golongan) dengan individu. Sebuah lembaga/jama’ah/golongan besar kadang dipersalahkan dan dikritik sedemikian rupa meskipun sebenarnya kesalahan yang terjadi ada pada orang, pegawai, anggota, atau pejabat yang ada di dalamnya. Hal ini sungguh tidak adil. Tentunya tidak pantas menyalahkan dan mengkritik Lembaga/organisasi tertentu hanya karena ulah beberapa orang yang kebetulan berada dalam lembaga/organisasi itu. Kecuali jika memang lembaga/organisasi itu adalah lembaga/organisasi yang salah
  6. Jangan merasa bangga, takabbur, ‘ujub, merasa berjasa karena diterimanya kritik. Kembalikan kritik itu kepada niat lillah dalam amar bil ma’ruf dan nahy ‘anil munkar.
Pelajaran lain dari hadits Nabi “Orang beriman adalah cermin bagi saudaranya sesama mukmin adalah bahwa :
  1. Cermin akan memberitahukan tentang kekurangan yang ada dalam penampilan badan kita hanya di saat kita berada dan berhadap-hadapan di depannya. Begitulah seharusnya orang beriman menjadi cermin bagi sesama mukmin. Orang beriman akan memberitahukan kekurangan yang ada dalam diri saudaranya dengan cara menyampaikan langsung kepadanya dan bukan dengan cara membicarakan kekurangan itu di depan orang lain yang berakibat terjadinya ghibah (gunjingan).
  2. Cermin memberitahukan kepada kita tentang kekurangan kita dengan jujur apa adanya, tanpa menambah atau mengurangi. Jika di wajah kita terdapat satu titik hitam kotoran, maka hanya itulah yang akan ditampakkan oleh cermin kepada kita. Begitu pula orang beriman, jika dia menyampaikan kritik dan nasehat atas kesalahan saudaranya, maka yang dia sampaikan adalah keadaan yang sebenarnya, dengan jujur, tidak membesar-besarkan masalah yang sebanarnya masalah kecil atau sebaliknya.
  3. Cermin tidak akan menampakkan kekurangan kecuali kekurangan orang yang berada berhadap – hadapan dengannya. Jika kita sendirian sedang berada di depan cermin, maka hanyak diri kita sajalah yang akan tampak di cermin itu. Seperti itulah orang beriman ketika menjadi cermin bagi saudaranya sesama mukmin. Menjadi cermin, menasehati sesama mukmin dengan tanpa mempermalukannya di depan orang lain, sebagaimana dikatakan oleh Imam Asy-Syafi’i “berikanlah kritik dan nasehat dalam kesendirian dan hindarilah hal itu di depan khalayak ramai. Sesungguhnya kritik dan nasehat di hadapan orang banyak adalah termasuk tindakan mempermalukan orang lain (yang dikritik/dinasehati)…”
  4. Cermin tidak akan menyimpan gambar kita. Jika pada pagi hari kita bercermin dengan baju berwarna putih, maka gambar kita tidak akan tersimpan dalam cermin itu sehingga ketika kita bercermin pada siang hari dengan pakaian berwarna kuning, maka kita yang sedang berpakaian dengan warna kuning itulah yang akan tampak di cermin, bukan kita yang berpakaian warna putih di pagi hari. Seperti itu pula hendaknya sikap orang beriman ketika menjadi cermin bagi saudaranya. Cukuplah bagi kita orang-orang beriman untuk menasehati saudara kita sesama mukmin yang melakukan kesalahan dan tidaklah selayaknya bagi kita setelah melakukan nasehat itu untuk mengingat-ingat kesalahan saudara yang telah lalu.
  5. Jika cermin sudah memiliki jasa kepada kita dengan memberitahukan kekurangan kita dalam berpenampilan sehingga kita bersegera memperbaiki diri, maka sepantasnya jika kita menjaga cermin itu agar tetap jernih dan tidak terbelah. Begitu lah yang berlaku bagi orang beriman, tidak pantas bagi mukmin yang menerima kritik dan nasehat untuk marah atau memendam rasa tidak suka kepada orang yang mengkritik dan menasehatinya, apalagi membenci sesama mukmin yang sebenarnya telah berjasa kepadanya. Umar bin Khattab berkata “Semoga Allah merahmati orang yang menunjukkan kekuranganku.”
  6. Dan sesungguhnya kita dan kebanyakan manusia selalu bercermin pada saat – saat kita ingin berpenampilan dengan baik. Kita selalu melihat perubahan – perubahan dalam diri kita dengan bercermin. Semua itu kita lakukan agar kita selalu dapat berpenamilan dengan baik dari waktu ke waktu. Begitulah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada kita, agar kita menjadi orang beriman yang tidak bosan untuk bercermin kepada sesama mukmin, tidak bosan mendengar nasehat dari saudara sesama mukmin, sehingga dari waktu ke waktu kita selalu hidup sebagai mukmin yang baik dan semakin baik, mukmin yang selalu berusaha memperbaiki kesalahan – kesalahan dan menggantinya dengan kebaikan – kebaikan.

Selasa, 11 Januari 2011

RUQYAH

RUQYAH

Sebelum Ruqyah dimulai hendaknya dilakukan persiapan – persiapan antara lain :
  1. Mempersiapkan tempat yang baik, bersih dari gambar – gambar, patung – patung, dan musik.
  2. Melepaskan jimat dari orang yang akan diruqyah, jika dia memiliki atau memakainya.
  3. Membersihkan tempat ruqyah dari kegiatan atau perbuatan melanggar syari’at seperti seperti adanya laki – laki yang memakai perhiasan emas atau wanita yang memperlihatkan aurat.
  4. Memberikan penjelasan kepada orang yang akan diruqyah dan keluarganya tantang aqidah yang benar dan tata cara yang benar dalam ruqyah.
  5. Meyakini dan menjelaskan bahwa Al – Qur’an adalah rahmat Allah dan dapat menjadi syifa’ (obat).
  6. Mengajukan beberapa pertanyaan kepada orang yang akan diruqyah (jika mungkin) , seperti :

Senin, 10 Januari 2011

SUDAHKAH CINTA DAN BENCI INI KARENA ALLAH

CINTA DAN BENCI KARENA ALLAH

Ucapan cinta karena Allah dan ucapan benci karena Allah bukanlah ucapan yang asing. Perkataan suami "Aku cinta istriku," perkataan istri "Aku cinta anak-anakku," atau perkataan anak "Aku cinta orang tuaku" adalah perkataan - perkataan yang pastinya pernah kita dengarkan atau bahkan sering kita dengarkan. Dua remaja yang sedang kasmaran atau siapapun yang sedang dan pernah merasakan kasmaran tentunya merasakan betapa kata-kata "Aku cinta padamu" adalah kata-kata yang selalu diharap dan tidak pernah membosankan meski beribu kali diucapkan oleh kekasih hati. Mungkin juga kita pernah mendengar kata "cinta" itu menjadi lebih indah karena ditambahi dengan kalimat "karena Allah." Seperti kita mendengar ucapan cinta itu, seperti itu pula ketidak asingan telinga dari kata benci karena Allah.

Kamis, 06 Januari 2011

HUKUM MEMAKAI EMAS BAGI LAKI LAKI

DALIL DALIL PELARANGAN EMAS BAGI LAKI LAKI

عن علي بن أبي طالب أن النبي أخذ حريرا وذهبا فقال 
هذان حرام على ذكور أمتي حل لإناثهم
رواه الإمام أحمد

Dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengambil sutera dan emas lalu berkata 
“ Sutera dan Emas ini keduanya haram atas laki – laki ummatku dan halal bagi para wanitanya.”
(HR. Ahmad)

عن ابن عباس رضي الله عنهما أن النبي رأى خاتما من ذهب في يد رجل فنزعه وطرحه وقال
"يعمد أحدكم إلى جمرة من نار فيجعلها في يده"
فقيل للرجل بعدما ذهب رسول الله "خذ  خاتمك انتفع به" فقال "لا والله لا آخذه وقد طرحه رسول الله
رواه مسلم

Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melihat cincin dari emas di tangan seseorang, maka beliau melepaskan dan membuangnya dan beliau berkata 
“Salah seorang dari kalian sengaja mengambil api neraka dan meletakkannya di tangannya” 
Lalu setelah Rasulullah pergi, dikatakan kepada orang itu “Ambilah cincinmu, ambillah manfaatnya.” Orang itu menjawab “Tidak! Demi Allah, aku tidak akan mengambilnya lagi sedangkan Rasulullah telah membuangnya (HR.Muslim)

عن أبي سعيد أن رجلا قدم من نجران إلى رسول الله وعليه خاتم من ذهب فأعرض عنه رسول الله وقال
"إنك جئتني وفي يدك جمرة من نار
رواه النسائي

Dari Abi Sa’id Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa seorang laki-laki dari Najran datang kepada Rasulullah Shallallahu’ Alaihi wa Sallam dengan memakai cincin emas. Maka Rasulullah berkata 
“Sesungguhnya kamu datang kepadaku dengan membawa bara api di tanganmu.” 
(HR. An-Nasa’i)

عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما أن النبي قال
 من مات من أمتي وهو يتحلى بالذهب حرم الله عليه لباسه في الجنة
رواه أحمد

Dari Abdullah bin Amru Radhiyallahu ‘Anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata 
“ Barangsiapa mati dari ummatku sedangkan dia memakai (berhias) dengan emas, maka Allah mengharamkan atasnya memakai emas di surga.”
(HR. Ahmad)