Berkreasi, Berkarya, Berjuang dengan Pena

Minggu, 20 Februari 2011

MEMOTONG KUKU DAN RAMBUT KETIKA HAIDH DAN JUNUB (FIQH_HUKUM)

Tentang memotong kuku dan rambut bagi orang yang sedang junub dan haidh (hadats besar), terdapat perbedaan pendapat :
  1. Tidak boleh
  2. Berkata Al – Ghazaly,

    ولا ينبغي أن يحلق أو يقلم أو يستحد أو يخرج الدم أو يبين من نفسه جزءاً وهو جنب؛ إذ ترد إليه سائر أجزائه في الآخرة فيعود جنباً، ويقال إن كل شعرة تطالبه بجنابتها

    Dan hendaklah dia tidak bercukur, memotong kukunya, mengasah pisau (untuk bercukur), menyebabkan darah mengalir atau memperlihatkan bagian tubuhnya ketika dia dalam keadaan junub (hadats besar), demikian ini karena semua bagian tubuh akan dikembalikan seperti semula pada hari kiamat nanti, dan akan kembali dalam keadaan hadats besar.Dikatakan, setiap rambut akan menuntut atas janabatnya. Apa yang disebutkan dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin tersebut bagi manjadi dasar haramnya memotong rambut dan kuku bagi orang junub dan wanita yang sedang haidh (hadats besar). Berdasarkan pendapat tersebut sebagian maka wanita yang haidh ataupun orang junub biasanya menyimpan rambut atau kuku  yang terpotong untuk kemudian pada saat mandi janabah nanti ikut dibersihkan.
  3. Boleh
  4. Tidak ada dalil baik dalam Kitabullah maupun Hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang secara sharih (tegas) tentang tidak bolehnya wanita memotong kuku dan rambut saat haidh. Dalil yang ada adalah pendapat para ulama, dengan mengaitkan kewajiban membasahi seluruh tubuh dengan air saat mandi janabah. Pendapat Imam Ghazaly yang melarang memotong rambut dan kuku bagi orang junub dan wanita yang sedang haidh adalah pendapat yang tidak berdasarkan kepada nash-nash yang shahih baik itu dari Al Qur’an,  Hadits yang shahih ataupun dari Ijma kaum muslimin. Pendapat Al – Ghazaly tersebut juga bertentangan dengan apa yang diriwayatkan oleh Al – Bukhary dalam Fathul Bary :

    قال عطاء يحتجم الجنب ، ويقلم أظافره ، ويحلق رأسه ، وإن لم يتوضأ

    Berkata `Atha’: “Orang junub itu boleh berbekam, memotong kuku dan memangkas rambut walau tanpa wudhu lebih dahulu.” Sayyid Sabiq dalam Fiqhus-Sunnah menyatakan :

    يجوز للجنب والحائض إزالة الشعر ، وقص الظفر والخروج إلى السوق وغيره من غير كراهية

    “Diperbolehkannya bagi orang yang junub dan haidl untuk menghilangkan/ memotong rambut, memotong kuku, pergi ke pasar, dan selainnya tanpa ada sisi kemakruhan”.
Sedangkan Hadits Nabi

عن عَلِيٍّ رَضِيَ اَللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ مَنْ تَرَكَ مَوْضِعَ شَعْرَةٍ مِنْ جَنَابَةٍ لَمْ يُصِبْهَا الْمَاءُ فَعَلَ اللهُ بِهِ كَذَا وَ كَذَا مِنَ النَّارِ (رَوَاهُ اَحْمَدُ وَ اَبُو دَاوُدَ

Ali Karramallahu Wajhahu berkata : “Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Barang siapa meninggalkan satu tempat dari rambutnya hingga tidak terkena air ketika mandi dari janabah, Allah akan memberinya siksaan sedemikian rupa dalam neraka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Hadits tersebut adalah hadits tentang kesempurnaan dalam melaksanaan mandi karena hadats besar dan tidak berkait dengan hukum memotong rambut dan kuku bagi orang yang sedang junub dan haidh (hadats besar)

Tanpa merendahkan pendapat yang menetapkan hukum memotong rambut dan kuku bagi orang yang sedang junub dan haidh (hadats besar), tentunya wajib bagi setiap muslim untuk bertahkim kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan kembali kepada dua pedoman tersebut dalam menyelesaikan perbedaan.

Apa yang disebutkan oleh al – Bukhary adalah dalil yang kuat untuk menetapkan bahwa memotong rambut dan kuku bagi orang yang sedang junub dan haidh (hadats besar) adalah boleh. Sedangkan perkataan Al – Ghazaly tidak dapat dijadikan dalil untuk mengharamkan perbuatan memotong rambut dan kuku bagi orang yang sedang junub dan haidh (hadats besar), karena perkataan itu adalah perkataan berdasarkan pendapat yang tidak berdasar kepada Kitabullah dan Sunnah RasulNya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Wallahu A’lam bish-shawab.

Kamis, 17 Februari 2011

TINGGALKAN YANG HARAM, PASTI ALLAH MENDATANGKAN KEBAIKAN KEPADAMU

إِنَّكَ لاَ تَدَع شَيْئاً إِتِّقَاءَ الله تَعَالَى إلاَّ أعطَاكَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ خَيْراً مِنْهُ

“Sesungguhnya tidaklah kamu meninggalkan sesuatu karena takut kepad Allah melainkan pasti Allah ‘azza wa jalla akan memberikan kepadamu sesuatu yang lebih baik (dari yang kamu tinggalkan)” (HR. Ahmad)


Keyakinan bahwa Allah akan mengganti setiap kejelekan yang ditinggalkan  oleh hambaNya itu di berbagai lapisan masyarakat tampaknya mulai memudar. Apa yang terjadi di berbagai tempat dan di banyak bidang pekerjaan adalah ketidakyakinan, keraguan, atau bahkan –na’udzubillah- ketidakpercayaan terhadap janji Allah yang disampaikan melalui lisan RasulNya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lihatlah betapa mudahnya orang menerima atau bahkan mencari rezeki haram karena takut tidak mendapatkan rezeki halal. Orang yang menyuap misalnya sering mengatakan “kalau tidak begini kita tidak akan mendapatkan pekerjaan dan penghasilan.” Sebuah lembaga kadang rela mengeluarkan biaya pelicin untuk mendapatkan sumbangan dengan dalih “Jika tidak mengeluarkan biaya pelicin maka tidak akan dapat sumbangan.” Tidak jarang pekerja wanita rela melakukan hal haram dengan membuka aurat juga dengan alasan “Kalau tidak begini, darimana kita dapat pekerjaan dan darimana bisa makan?” Pengusaha proyek bangunanpun memiliki alasan yang sama “harus ada uang pelicin atau tidak mendapatkan proyek.”

“Apakah setelah melakukan pekerjaan haram itu lantas mereka mendapatkan sumbangan, pekerjaan, harta?” Tentu jawabannya hampir bisa dipastikan “ya.” Faktanya memang benar bahwa dengan melakukan perbuatan – perbuatan haram itu mereka mendapatkan apa yang mereka harapkan. Hanya saja jika pertanyaannya adalah “apakah dengan melakukan pekerjaan haram itu mereka akan mendapatkan yang halal dan baik?” Maka jawaban jujur dari hati yang tidak pernah berbohong pasti berbunyi “Tidak.” Bukankah telah jelas tentang halal dan haram? Bukankah juga telah jelas peraturan negara tentang larangan suap dalam segala bidang? Akhirnya harus diakui bahwa memudarnya keyakinan akan datangnya balasan yang lebih baik bagi orang yang meninggalkan kejelekan adalah fakta telanjang.

Orang – orang yang masih memiliki iman pasti akan memberontak dengan keras perilaku – perilaku yang merendahkan janji Allah yang tidak mungkin Dia ingkari. Jiwa – jiwa yang tenang dalam keimanan pasti akan bertanya – tanya bagaimana mungkin janji Allah yang begitu mulia diabaikan begitu saja hanya demi membela kepentingan hawa nafsu duniawi fana? Sekali lagi perhatikan perkataan sebagian orang “kalau tidak nyogok begini kita tidak akan mendapatkan pekerjaan dan penghasilan.” “Jika tidak mengeluarkan biaya suap maka tidak akan dapat sumbangan.” “Kalau tidak membuka aurat begini, darimana kita dapat pekerjaan dan darimana bisa makan?” “Harus ada uang pelicin atau tidak mendapatkan proyek.”
Astaghfirullah, Sudah begitu hebatkah manusia ini sehingga sebagian mereka diperlakukan bak tuhan yang mampu mendatangkan rezeki? Sudah begitu hebatkah manusia ini sehingga sebagian lain dari mereka tidak merasa nikmat dengan kebaikan yang akan datang dari Allah?
Astaghfirullah,
Bukankah lisan kita telah fasih berdzikir لله ما في السماوات ومافي الأرض (Milik Allah, segala sesuatu yang ada di langit dan segala sesuatu yang ada di bumi )?
Bukankah kita juga mengucapkan اللهم لامانع لماأعطيت ولامعطي لمامنعت (Ya Allah, tidak ada satupun yang dapat menghalangi apa yang Engkau berikan dan tidak ada satupun yang dapat memberikan sesuatu yang Engkau halangi)?
Dan sudah tidak asing bagi kita ucapan  لاحول ولاقوة إلابالله العلي العظيم (Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung)?

Subhanallah, sesungguhnya Allah telah memberikan contoh,  Yusuf ‘alaihissalam, Nabiyyullah yang memilih penjara daripada menerima tawaran zina dengan wanita cantik dan kaya, kemudian Allah memberikan kepada Yusuf pengganti yang lebih baik berupa kekuasaan yang tinggi dalam kerajaan dan istri yang mulia.

قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلاَّ تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُن مِّنَ الْجَاهِلِينَ* فَاسْتَجَابَ لَهُ رَبُّهُ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ* ثُمَّ بَدَا لَهُم مِّن بَعْدِ مَا رَأَوُاْ الآيَاتِ لَيَسْجُنُنَّهُ حَتَّى حِينٍ

33.  Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih Aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu Aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah Aku termasuk orang-orang yang bodoh.” 34.  Maka Tuhannya memperkenankan doa Yusuf dan dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. 35.  Kemudian timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus memenjarakannya sampai sesuatu waktu. (Yusuf, 33 – 35)

وَكَذَلِكَ مَكَّنَّا لِيُوسُفَ فِي الأَرْضِ يَتَبَوَّأُ مِنْهَا حَيْثُ يَشَاء نُصِيبُ بِرَحْمَتِنَا مَن نَّشَاء وَلاَ نُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ* وَلَأَجْرُ الآخِرَةِ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ آمَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ

56.  Dan Demikianlah kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (Dia berkuasa penuh) pergi menuju kemana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. kami melimpahkan rahmat kami kepada siapa yang kami kehendaki dan kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. 57.  Dan Sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik, bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa. (Yusuf, 56 – 57)

Allah juga telah memberikan contoh, Sulaiman ‘alaihissalam yang dapat menguasi angin sebagai kendaraan yang mengantarkannya dengan cepat kemana dia tuju setelah Sulaiman meninggalkan 20.000,- kuda pilihan (ash-shafinat) karena kuda-kuda pilihan itu menghambatnya untuk beribadah kepada Allah.

وَوَهَبْنَا لِدَاوُودَ سُلَيْمَانَ نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ* إِذْ عُرِضَ عَلَيْهِ بِالْعَشِيِّ الصَّافِنَاتُ الْجِيَادُ* فَقَالَ إِنِّي أَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَن ذِكْرِ رَبِّي حَتَّى تَوَارَتْ بِالْحِجَابِ* رُدُّوهَا عَلَيَّ فَطَفِقَ مَسْحًا بِالسُّوقِ وَالأَعْنَاقِ* وَلَقَدْ فَتَنَّا سُلَيْمَانَ وَأَلْقَيْنَا عَلَى كُرْسِيِّهِ جَسَدًا ثُمَّ أَنَابَ* قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لّا يَنبَغِي لِأَحَدٍ مِّنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ* فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيحَ تَجْرِي بِأَمْرِهِ رُخَاءً حَيْثُ أَصَابَ

30.  Dan kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik- baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya), 31.  (Ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada waktu sore, 32.  Maka ia berkata: “Sesungguhnya Aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga Aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan”. 33.  “Bawalah kuda-kuda itu kembali kepadaku”. lalu ia potong kaki dan leher kuda itu. 34.  Dan Sesungguhnya kami Telah menguji Sulaiman dan kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah Karena sakit), Kemudian ia bertaubat. 35.  Ia berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah Aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi”. 36.  Kemudian kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakiNya. (Shaad, 30 – 36)

Kurang sempurnakah contoh – contoh itu sebagai bukti sabda Nabi Sesungguhnya tidaklah kamu meninggalkan sesuatu karena takut kepada Allah melainkan pasti Allah ‘azza wa jalla akan memberikan kepadamu sesuatu yang lebih baik?

Perhatikanlah bagaimana Allah menghancurkan kaum yang memilih untuk melakukan perbuatan maksiat. Allah telah mengutuk orang – orang dari Bani Isra’il menjadi kera – kera yang hina karena mereka melanggar larangan Allah untuk mencari ikan di hari Sabtu. Bukankah mereka juga mencari ikan di hari terlarang itu karena takut tidak mendapat ikan yang banyak pada hari yang lain?

وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُواْ قِرَدَةً خَاسِئِينَ* فَجَعَلْنَاهَا نَكَالاً لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهَا وَمَا خَلْفَهَا وَمَوْعِظَةً لِّلْمُتَّقِينَ

65.  Dan Sesungguhnya Telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu kami berfirman kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina”. 66.  Maka kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang Kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (al – Baqarah 65 – 66)

وَاسْأَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِي السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعاً وَيَوْمَ لاَ يَسْبِتُونَ لاَ تَأْتِيهِمْ كَذَلِكَ نَبْلُوهُم بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ* وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِّنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا قَالُواْ مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ* فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُكِّرُواْ بِهِ أَنجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُواْ بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُواْ يَفْسُقُونَ* فَلَمَّا عَتَوْا عَن مَّا نُهُواْ عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُواْ قِرَدَةً خَاسِئِينَ

163.  Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik. 164.  Dan (Ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” mereka menjawab: “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa. 165.  Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. 166.  Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, kami katakan kepadanya: “Jadilah kamu kera yang hina. (al-A’raf 163 – 166)

Allah telah menghancurkan orang – orang dari kaum Nabi Luth ‘Alaihis Salam kaarena mereka menolak perintah Allah untuk berhubungan sex yang dihalalkan dengan lain jenis dan lebih memilih hubungan sex sejenis (homosex).

وَلَمَّا جَاءَتْ رُسُلُنَا لُوطًا سِيءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَقَالَ هَذَا يَوْمٌ عَصِيبٌ* وَجَاءَهُ قَوْمُهُ يُهْرَعُونَ إِلَيْهِ وَمِن قَبْلُ كَانُواْ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ قَالَ يَا قَوْمِ هَؤُلاء بَنَاتِي هُنَّ أَطْهَرُ لَكُمْ فَاتَّقُواْ اللَّهَ وَلاَ تُخْزُونِ فِي ضَيْفِي أَلَيْسَ مِنكُمْ رَجُلٌ رَّشِيدٌ* قَالُواْ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا لَنَا فِي بَنَاتِكَ مِنْ حَقٍّ وَإِنَّكَ لَتَعْلَمُ مَا نُرِيدُ* قَالَ لَوْ أَنَّ لِي بِكُمْ قُوَّةً أَوْ آوِي إِلَى رُكْنٍ شَدِيدٍ* قَالُواْ يَا لُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَن يَصِلُواْ إِلَيْكَ فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِّنَ اللَّيْلِ وَلاَ يَلْتَفِتْ مِنكُمْ أَحَدٌ إِلاَّ امْرَأَتَكَ إِنَّهُ مُصِيبُهَا مَا أَصَابَهُمْ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ* فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِّن سِجِّيلٍ مَّنضُودٍ

77.  Dan tatkala datang utusan-utusan kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya Karena kedatangan mereka, dan dia berkata: “Ini adalah hari yang amat sulit.” 78.  Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji (homosexual). Luth berkata: “Hai kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih Suci bagimu, Maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. tidak Adakah di antaramu seorang yang berakal?” 79.  Mereka menjawab: “Sesungguhnya kamu Telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap puteri-puterimu; dan Sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang Sebenarnya kami kehendaki.” 80.  Luth berkata: “Seandainya Aku ada mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau Aku dapat berlindung kepada keluarga yang Kuat (tentu Aku lakukan).” 81.  Para utusan (malaikat) berkata: “Hai Luth, Sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka Karena Sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?” 82.  Maka tatkala datang azab kami, kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, 83.  Yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim. (Hud : 77 – 82)

Allah telah menurunkan adzabNya pada kaum di negeri Madyan ketika mereka tidak mentaati perintah Allah yang disampaikan melalui lisan Nabi Syu’aib ‘Alaihis Salam agar mereka hanya menyembah Allah dan jujur dalam takaran dan timbangan. Mereka menolak panggilan Nabi Syu’aib dengan anggapan bahwa mengikuti ajarannya hanya akan mendatangkan kerugian. Mereka memilih untuk tetap melakukan kecurangan dalam takaran dan timbangan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

وَقَالَ الْمَلأُ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَوْمِهِ لَئِنِ اتَّبَعْتُمْ شُعَيْبًا إِنَّكُمْ إِذَاً لَّخَاسِرُونَ* فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُواْ فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ* الَّذِينَ كَذَّبُواْ شُعَيْبًا كَأَن لَّمْ يَغْنَوْا فِيهَا الَّذِينَ كَذَّبُواْ شُعَيْبًا كَانُواْ هُمُ الْخَاسِرِينَ* فَتَوَلَّى عَنْهُمْ وَقَالَ يَا قَوْمِ لَقَدْ أَبْلَغْتُكُمْ رِسَالاتِ رَبِّي وَنَصَحْتُ لَكُمْ فَكَيْفَ آسَى عَلَى قَوْمٍ كَافِرِينَ

90.  Pemuka-pemuka kaum Syu’aib yang kafir Berkata (kepada sesamanya): “Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syu’aib, tentu kamu jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang merugi”. 91.  Kemudian mereka ditimpa gempa, Maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka, 92.  (yaitu) orang-orang yang mendustakan Syu’aib seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota itu; orang-orang yang mendustakan Syu’aib mereka Itulah orang-orang yang merugi . 93.  Maka Syu’aib meninggalkan mereka seraya berkata: “Hai kaumku, Sesungguhnya Aku Telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan Aku Telah memberi nasehat kepadamu. Maka bagaimana Aku akan bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir?” (al –A’raf : 90-93)

Senin, 14 Februari 2011

BUKTIKAN CINTA RASUL DENGAN TAAT

CINTAKAH KAMU KEPADA RASULULLAH

ففي الصحيحين عن أنس رض الله عنه قال جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال “يا رسول الله متى الساعة؟” قال “وماذا أعدت لها” قال: “ما أعدت لها كثير عمل إلا أنني أحب الله ورسوله” قال النبي صلى الله عليه وسلم “اَلْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ” يقول أنس فما فرحنا بشي كفرحنا بقول النبي صلى الله عليه وسلم المرء مع من أحب ثم قال “وَأنَا أُحِبُّ رَسُوْلَ اللهِ صَلّى اللهُ عَليهِ وَسلَّم وَأباَ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَأَرْجُو اللهَ أَنْ أحشرَ مَعَهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمثْلِ أعْمَالِهمْ

Anas bin Malik bahwa seorang laki – laki mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan bertanya kepada beliau “Kapankah datangnya Hari Qiyamat?” Nabi Berkata “Apa yang telah kamu persiapkan (untuk menghadapi hari Qiyamat)?” Laki – laki itu menjawab Tiddak banyak amal yang aku persiapkan tetapi aku mencitai Allah dan RasulNya” Nabi berkata “Seseorang (akan dikumpulkan) bersama orang yang ia cinta.i” Anas bin Malikpun berkata “Tidak ada kegembiraan bagi orang – orang Islam melebihi kegembiraan mereka dengan hadits Nabi ini, dan aku mencintai Rasululah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Abu Bakar, dan Umar yang dengan cinta itu aku berharap agar aku dikumpulkan bersama mereka meskipun aku tidak (mampu) menyamai amalan mereka.”
Sebagian salaf berkata: ”Ada kaum yang mengaku bahwa mereka mencitai Allah. Maka Allah menurunkan firmannya (Ali Imron:31)

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Berkata Al-Qurtuby “Tsauban adalah seorang yang sangat mencintai Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Pada suatu hari dia mendatangi Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, rona mukanya berubah menampakkan kesedihan. Rasulullah bertanya kepadanya “Apakah gerangan yang telah merubah warna wajahmu?” Tsauban menjawab “Ya Rasulallah, tidak ada bahaya menimpaku dan aku juga tidak sedang sakit, hanya saja jika aku tidak melihatmu maka aku sangat merindukanmu dan (karena rinduku itu) aku benar-benar gelisah sampai aku bertemu denganmu. Ketika aku merenungkan, mengingat akan akhirat, aku takut tidak bisa lagi melihatmu di sana karena engkau ya Rasullallah akan ditempatkan di tempat yang tinggi bersama para Nabi. Sedangkan aku, kalaulah aku dimasukkan surga, maka aku akan menempati surga yang jauh lebih rendah dari tempatmu, dan kalau aku dimasukkan neraka, maka selamanya aku tidak akan bisa lagi melihatmu.” Maka Allah menurunkan firmannya (an-Nisa’:69)

وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَالرّسُولَ فَأُوْلَـَئِكَ مَعَ الّذِينَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِم مّنَ النّبِيّينَ وَالصّدّيقِينَ وَالشّهَدَآءِ وَالصّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَـَئِكَ رَفِيقاً

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin[314], orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.

Sabtu, 12 Februari 2011

SEKILAS PANDANG TENTANG VALENTINE'S DAY

Sekilas pandang tentang
VALENTINE’S DAY
بسم الله الرحمن الرحيم
Di negeri yang berpenduduk mayoritas Muslim ini, Televisi lebih banyak mempromosikan VALENTINE’S DAY daripada membicarakan akhlak mulia Nabi dalam hikmah MAULID NABI MUHAMMAD Shallallahu ‘Aalaihi Wasallam
Lihatlah kalender! 14 Pebruari 2011, seperti hari – hari biasa, tanggal – tanggal biasa.
Lihatlah kalender! 15 Pebruari 2011, PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD Shallallahu ‘Aalaihi Wasallam, berwarna merah sebagai hari libur dan pengakuan Pemerintah akan pentingnya Ummat Islam agar mengingat dan mengikuti Nabinya.
Begitu hebatkah 14 Panuari tahun ini sehingga hingar bingarnya membahana membisukan tanggal 15 Pebruari?

14 PEBRUARI
Hampir setiap kita pasti pernah mendengar kata valentine’s day. Hampir setiap kita juga pasti mengerti bahwa maksud dari kata itu adalah hari kasih sayang. Valentine’s day yang jatuh pada tanggal 14 Pebruari itu, kini hampir – hampir menyerupai hari besar yang menarik bagi semua orang khususnya para remaja untuk memeperingati dan merayakannya. Pakaian khas berwarna merah, simbol – simbol cinta berbentuk hati yang juga berwarna merah, dan segala hal yang berkait dengan cinta dan kasih sayang menjadi wajib ada pada 14 Pebruari bagi pengagung valentine’s day.
Sekilas tidak ada yang salah, tak ada masalah dengan apa yang terjadi pada penggila valentine’s day. Apalagi jika urusan kasih sayang dikaitkan dengan perintah agama, maka tidak ada satupun agama yang menolak ajaran kasih sayang, sehingga ketika MUI memberikan fatwa tentang haramnya bagi ummat Islam untuk ikut memperingati dan merayakan valentine’s day, berbagi komentar sinis muncul dari pihak – pihak yang telah diuntungkan secara materi pada tanggal 14 Pebruari setiap tahunnya. Pihak lain yang telah merasakan nikmat semu valentine’s day tak kalah keras mengkritik fatwa sebuah Majlis terhomat di negeri Indonesia ini. Parahnya, kritik pedas itu bahkan sampai pada kritik terhadap agama Islam yang sangat mulia. Lebih parah lagi kritik pedas yang hanya bersandar pada bisikan hawa nafsu itu justru muncul dari orang – orang yang dalam kartu identitas mereka tercantum Islam sebagai agama yang mereka anut.
Televisi, Radio, Majalah, dan media massa yang marak mengkampanyekan valentine’s day menjadi sebab lain untuk menjadikan perayaan valentine’s day sebagai sesuatu yang wajar dan tidak perlu dipermasalahkan. Media massa yang sudah terlalu menjadikan tayangan dan penyiaran sebagai produksi yang menguntungkan tentunya akan menjadikan moment valentine’s day sebagai salah satu moment penting untuk meraih keuntungan. Norma – norma agama dan budaya bangsa yang oleh media massa itu sendiri sering didengung-dengungkan justru diingkari. Pembelajaran tentang apa sebenarnya valentine’s day, dari mana berasal, sejak kapan ada, bagaimana sejarahnya tak sedikitpun tersampaikan. Yang selalu dan selalu menjadi suguhan hanyalah pameran laki – laki dan wanita yang sedang dimabuk cinta, peluk cium para artis berlainan jenis yang bukan suami istri, pakaian merah yang terang-terangan menunjukkan aurat yang semestinya tertutup, dan masih banyak lagi. Media massa dan orang – orang yang dengan bangga tampil mempromosikan valentine’s day itu dengan mudahnya hanya berucap “tergantung orang yang melihat” ketika ada pengaruh negatif pada kaum muda yang berulah setelah melihat apa yang mereka tayangkan.
Di negeri yang berpenduduk mayoritas Muslim ini, Televisi lebih banyak mempromosikan VALENTINE’S DAY daripada membicarakan akhlak mulia Nabi dalam hikmah MAULID NABI MUHAMMAD Shallallahu ‘Aalaihi Wasallam. Lihatlah kalender! 14 Pebruari 2011, seperti hari – hari biasa, tanggal – tanggal biasa. Lihatlah kalender! 15 Pebruari 2011, PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD Shallallahu ‘Aalaihi Wasallam, berwarna merah sebagai hari libur dan pengakuan Pemerintah akan pentingnya Ummat Islam agar mengingat dan mengikuti Nabinya. Begitu hebatkah 14 Panuari tahun ini sehingga hingar bingarnya membahana membisukan tanggal 15 Pebruari

BEBERAPA VERSI SEJARAH VALENTINE’S DAY
  1. Menurut tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari adalah bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.
    • Di Roma kuno, 15 Februari adalah hari raya Lupercalia, sebuah perayaan Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Sebagai bagian dari ritual penyucian, para pendeta Lupercus mempersembahkan kambing kepada sang dewa dan kemudian setelah minum anggur, mereka akan lari-lari di jejalanan kota Roma sembari membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Terutama wanita-wanita muda akan maju secara sukarela karena percaya bahwa dengan itu mereka akan dikarunia kesuburan dan bisa melahirkan dengan mudah.
    • Bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.
  2. Ketika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book Encyclopedia 1998).
  3. The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine, menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St.Valentine ” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda. Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St.Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruh surat itu di terali penjaranya.
  4. (World Book Encyclopedia : 1998) Valentine adalah nama seseorang pemimpin agama Katolik yang telah dianggap menjadi martir (Islam : Syuhada) oleh orang-orang Kristen (katolik) dan Valentine telah diberi gelar sebagai orang suci (Santo) oleh orang-orang Kristen. Kisahnya bermula ketika raja Claudius II (268 – 270 M) mempunyai kebijakan yang melarang prajurit-prajurit-nya untuk menikah. Menurut raja Claudius II, bahwa dengan tidak menikah maka para prajurit akan agresif dan potensial dalam berperang. Kebijakan ini ditentang oleh Santo Valentine dan Santo Marius, mereka berdua secara diam-diam tetap menikahkan para parujurit dan muda-mudi, lama-kelamaan tindakan mereka diketahui oleh raja Claudius, sang rajapun marah dan memutuskan untuk memberikan sangsi kepada Valentine dan santo Marius yaitu berupa hukuman mati. Sebelum dihukum mati, Santo Valentine dan Santo Marius dipenjarakan dahulu, dalam penjara Valentine berkenalan dengan seorang gadis anak sipir penjara, kemudian gadis ini setia menjenguk valentine hingga menjelang kematian Valentine. Sebelum dihukum mati, Valentine masih sempat menulis pesan kepada gadis kenalannya, yang isinya :‘ From Your Valentine. ‘ Setelah kematian Santo Valentine dan Santo Marius, orang-orang selalu mengingat kedua santo tersebut dan merayakannya sebagai bentuk ekspresi cinta kasih Valentine, dua-ratus tahun kemudian yaitu tahun 496 Masehi setelah kematian Santo Valentine dan Santo Marius, Paus Galasius meresmikan tanggal 14 Pebruari 496 sebagai hari Velentine.
  5. Ken Sweiger dalam artikel Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti : “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi.
BEBERAPA KESIMPULAN SEJARAH VALENTINE’S DAY
  1. Valentine’s Day berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno yang penuh dengan paganisme dan kesyirikan.
  2. Upacara Romawi Kuno di atas akhirnya dirubah menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day atas inisiatif Paus Gelasius I. Acara valentine menjadi ritual agama Nashrani yang dirubah peringatannya menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan dengan matinya St. Valentine.
  3. Hari valentine juga adalah hari penghormatan kepada tokoh nashrani yang dianggap sebagai pejuang dan pembela cinta.
  4. Pada perkembangannya di zaman modern saat ini, perayaan valentine disamarkan dengan dihiasi nama “hari kasih sayang”.
HARAM BAGI MUSLIM MEMPERINGATI, MERAYAKAN, DAN BERPARTISIPASI DALAM VALENTINE’S DAY
  1. LARANGAN MERAYAKAN HARI RAYA ORANG KAFIR
  2. Allah Ta’ala sendiri telah mencirikan sifat orang-orang beriman. Mereka adalah orang-orang yang tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang musyrik dan ini berarti tidak boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam valentine.

    وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا

    “Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (Al Furqon 72)
    Ibnul Jauziy dalam Zaadul Maysir mengatakan bahwa ada 8 pendapat mengenai makna kalimat “tidak menyaksikan perbuatan zur”, pendapat yang ada ini tidaklah saling bertentangan karena pendapat-pendapat tersebut hanya menyampaikan macam-macam perbuatan zur. Di antara pendapat yang ada mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan zur” adalah “tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh Ar Robi’ bin Anas.
  3. LARANGAN MENYERUPAI ORANG KAFIR
  4. Rasulullah menjelaskan secara umum supaya kita tidak meniru-niru orang kafir. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

    “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
    Telah jelas di muka bahwa hari Valentine adalah perayaan paganisme, lalu diadopsi menjadi ritual agama Nashrani. Merayakannya berarti telah meniru-niru mereka.
  5. SESEORANG AKAN DIKUMPULKAN BERSAMA ORANG YANG DICINTAINYA
  6. Barangsiapa mencintai Nabi, sahabat, dan orang-orang shaleh maka Allah akan mepertemukan, mengumulkan mereka pada hari akhir nanti. Begitu pula orang yang mencintai orang – orang kafir, maka Allah akan mengumpulkan dia bersama orang –orang yang dicintainya di dunia ini.

    Imam al-Bukhari meriwayatkan, Anas mengatakan,

    فَمَا فَرِحْنَا بِشَىْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – ” أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ ” . قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ

    “Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).” Anas pun mengatakan, “Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”
    Hadits tersebut memberikan kepada mukmin pilihan, dengan siapa ia ingin dikumpulkan kelak. Diharamkannya bagi muslim untuk ikut serta berpartisipasi dalam valentine’s day adalah agar muslim tidak ikut dikumpulkan bersama orang kafir pada hari akhir.
  7. PERBUATAN SYIRIK DALAM VALENTINE’S DAY
  8. “Valentine” berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Oleh karena itu disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi “To be my valentine (Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.
  9. MAKSIAT YANG MENDEKATKAN KEPADA PERBUATAN ZINA
  10. Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah sehingga hal ini dapat mendekatkan kepada perbuatan zina. Padahal mendekati zina saja haram, apalagi melakukannya. Allah Ta’ala berfirman,

    وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

    “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ 32)
  11. BERTEMAN DENGAN SYETAN DALAM MENGHAMBURKAN HARTA (PEMBOROSAN)
  12. Menjelang hari Valentine-lah berbagai ragam coklat, bunga, hadiah, kado dan souvenir laku keras. Berapa banyak duit yang dihambur-hamburkan ketika itu. Padahal sebenarnya harta tersebut masih bisa dibelanjakan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat atau malah bisa disedekahkan pada orang yang membutuhkan agar berbuah pahala. Namun, hawa nafsu berkehendak lain. Perbuatan setan lebih senang untuk diikuti daripada hal lainnya. Itulah pemborosan yang dilakukan ketika itu mungkin bisa bermilyar-milyar rupiah dihabiskan ketika itu oleh seluruh penduduk Indonesia, hanya demi merayakan hari Valentine. Tidakkah mereka memperhatikan firman Allah,

    وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ

    “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ 26-27).
    Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim)
Fatwa Al-Lajnah Ad-Da`imah lil Buhutsil ‘Ilmiyyah wal Ifta Tentang Valentine’s Day
Dalil-dalil yang tegas dari Al-Qur`an dan As-Sunnah, sekaligus para Salaful Ummah telah sepakat di atasnya, bahwa hari raya dalam Islam hanya ada dua saja, yaitu hari raya ‘Idul Firti dan hari raya ‘Idul Adha. Adapun hari raya selain kedua hari tersebut, baik perayaan berkenaan dengan seseorang, kelompok, peristiwa, atau makna apapun, maka itu merupakan hari raya yang diada-adakan dalam agama. Tidak boleh bagi pemeluk agama Islam untuk merayakannya, menyetujuinya, atau pun menampakkan kegembiraan dengan hari tersebut, serta tidak boleh pula membantu sedikitpun. Karena perbuatan tersebut termasuk melanggar batasan-batasan Allah, dan barang siapa yang melanggar batasan-batasan Allah maka dia telah menzhalimi dirinya sendirinya.  Disamping bahwa perayaan (valaentine’s day) adalah perayaan yang diada-adakan dalam agama, perayaan tersebut juga merupakan hari rayanya orang kafir, sehingga hal itu bisa menjadikan (orang Islam yang merayakannya melakukan) dosa di atas dosa. Perbuatan tersebut merupakan bentuk tasyabbuh (penyerupaan) dengan orang-orang kafir dan di dalamnya terdapat unsur loyalitas kepada mereka.
Sungguh Allah telah melarang kaum mukminin dari perbuatan tasyabbuh dengan orang-orang kafir dan Allah juga melarang kaum mukminin dari berloyalitas kepada mereka, dalam Kitab-Nya yang mulia.
Telah pasti bahwa Nabi Shallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka. [HR. Abu Dawud 4031, Ahmad II/50]
Valentine`s Day termasuk jenis yang disebutkan di atas. Karena itu termasuk hari raya watsaniyyah (paganisme/para penyembah berhala) nashraniyyah. Maka tidak halal bagi seorang muslim yang telah menyatakan diri beriman kepada Allah dan Hari Akhir untuk ikut merayakan hari raya tersebut, atau menyetujuinya , atau turut mengucapkan selamat. Sebaliknya, wajib atasnya untuk meninggalkan dan menjauhinya dalam rangka memenuhi perintah Allah dan Rasul-Nya, serta menjauhi sebab-sebab yang mendatangkan kemurkaan dan adzab Allah.
Demikian juga haram atas seorang muslim untuk turut membantu/berpartisipasi pada hari perayaan tersebut atau pun hari raya kafir/bid’ah terlarang lainnya, dalam bentuk apapun, baik makanan, minuman, jual beli, produksi, hadiah, kartu-kartu ucapan selamat, iklan, atau yang lainnya. Karena itu semua merupakan bentuk kerja sama dalam perbuatan dosa dan permusuhan, serta bentuk kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Jalla wa ‘Ala berfirman dalam surat Al-Ma`idah ayat ke-2 :

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ، وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Tolong menolonglah kalian di atas kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah kalian tolong menolong dalam dosa dan permusuhan. Bertaqwa (takut)lah kalian kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Keras adzab-Nya.”
Wajib atas setiap muslim untuk berpegang teguh kepada Al-Qur`an dan As-Sunnah dalam semua kondisinya, terutama dalam waktu-waktu munculnya banyak fitnah dan kerusakan. Wajib atasnya untuk jeli berpikir, dalam rangka waspada dari terjatuh dalam kesesatan umat yang dimurkai (Yahudi) dan umat yang tersesat (Nashara), dan orang fasik yang tidak percaya akan kebesaran Allah dan tidak peduli sama sekali terhadap Islam. Wajib atas setiap muslim untuk kembali kepada Allah Ta’ala dengan ia memohon hidayah-Nya dan teguh di atasnya. Karena sesungguhnya tidak ada yang memberi hidayah dan mengokohkanya kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala.

وبالله التوفيق ، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

Al-Lajnah Ad-Da`imah lil Buhutsil ‘Ilmiyyah wal Ifta`
(Komite Tetap untuk Riset Ilmiah dan Fatwa)
Kerajaan Saudi ‘Arabia
Kunjungi juga sumber-sumber tulisan :