إِنَّ
الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بالله
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله
فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله
إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ، أَللهمَّ صَلِّ عَلَى محمدٍ وعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ أجْمَعِيْنَ
(يَاأَيُّهاَ
الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ
وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ) (يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي
خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا
رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ
وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا) (يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا)
أَمَّا بَعْدُ،
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى
الله عليه وسلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ،
وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Pada pagi 1 Syawwal ini umat Islam
mengagungkan Allah dengan bertakbir “Allahu Akbar,” mengesakan Allah
dengan kalimat tauhid “Laa Ilaaha Illallah,” dan memujiNya dengan
bertahmid “Walillahilhamdu.” Demikianlah kalimat-kalimat suci dan mulia itu terdengar di segala
tempat dan dari segala penjuru. Kalimat yang keluar melalui lisan muslimin dan
muslimat, diiringi oleh senyum kebahagiaan, dan bersama dengan wajah-wajah
ceria penuh kegembiraan. Bagi orang-orang yang telah
berpuasa Ramadhan, hari ini adalah hari sukacita, ditambah lagi kegembiraan saat perjumpaan dengan
Allah di akhirat nanti. Rasulullah telah menjamin dalam sabdanya:
لِلصَّائِمِ
فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا: إذَا أفْطَرَ فَرِحَ وإذا لَقِيَ ربه فَرِحَ بصَوْمِهِ
“Orang
yang puasa mempunyai dua kegembiraan, jika berbuka mereka gembira, dan jika bertemu Rabbnya
mereka gembira karena puasa yang dilakukannya"
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Hari Raya
ini memang layak untuk disambut dengan gembira dan penuh sukacita. Namun demikian
hendaklah rasa gembira itu tidak membuat kita lalai dan hanya tergiur dengan
kemegahan serta kemewahan duniawi. Hari raya ini bukanlah tempat untuk berlomba
status dan adu gengsi, bukan ajang lomba busana, bukan saat untuk bersaing
mencari sanjung dan puji manusia. Allah
Subhanahu Wata’ala berfirman:
وَاعْلَمُوا
أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ
عَظِيم
“Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai
cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
Firman Allah
dalam surat Al-Anfal ayat 28 tersebut, dengan sangat tegas mengingatkan bahwa apa yang kita miliki di dunia ini adalah ujian. Sesungguhnya pakaian bagus yang kita kenakan,
kendaraan yang kita naiki, dan rumah yang kita tinggali, adalah kekayaan yang
diamanatkan oleh Allah kepada kita. Semua itu
adalah titipan dan
amanah yang diberikan oleh Allah sebagai ujian,
agar dengan ujian tampak jelas siapakah di antara kita yang terbaik amalnya, agar jelas pula
siapa di antara kita yang bersyukur dan siapa yang
mengingkarinya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Sebagian
orang hanya merasa bahwa dirinya sedang diuji ketika ditimpa musibah dan
kefakiran. Padahal Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah
menjelaskan bahwa kesenangan dan berlimpahnya harta benda, adalah juga ujian
dari-Nya. Allah berfirman dalam surat Al-Anbiya’ ayat 35:
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ
وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Dan
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”
Berkenaan
dengan itu ayat tersebut, Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Allah akan menguji manusia
dengan kesengsaraan dan kebahagiaan, dengan sakit dan sehat, dengan kekayaan
dan kefakiran, dengan halal dan haram, dengan petunjuk dan kesesatan. Dengan
demikian, tidaklah tepat jika perasaan sedang diuji itu muncul hanya saat
datangnya musibah dan kefakiran, karena sebenarnya semua orang dalam setiap
keadaan adalah sedang menjalani ujian dari-Nya.
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً
وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ
“Sesungguhnya setiap umat mendapatkan fitnah dan fitnah
umat ini adalah harta.”(HR. At-Tirmidzy)
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata:
مَا الْفَقْرُ أَخْشَى عَلَيْكُمْ
“Bukanlah kefakiran yang aku takutkan menimpa kalian,
وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ
الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ،
Akan tetapi aku khawatir akan dibuka lebar (pintu) dunia
kepada kalian, seperti telah dibuka lebar kepada orang-orang sebelum kalian…
Demikianlah
apa yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau
mengingatkan bahwa diguyurkannya harta benda, dilimpahkannya kekayaan, dan
dibukanya pintu-pintu kekayaan duniawi, adalah ujian berat. Gelimang harta yang
menggiurkan, kemilau emas yang menggoda, megahnya istana yang merayu, adalah
kekayaan sementara yang dapat menggelincirkan. Dan akibat dari dibukanya
pintu-pintu kekayaan duniawi itu, Rasulullah bersabda:
فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا
Lalu kalian akan saling bersaing untuk mendapatkannya
sebagaimana orang-orang sebelum kalian telah bersaing untuknya.
Terbukanya
pintu-pintu kekayaan duniawi akan memunculkan persaingan untuk mendapatkannya.
Semua orang hanya akan berlomba-lomba meraih kekayaan, memeras keringat dan
membating tulang hanya untuk tujuan mendapatkan harta benda, dan segala do’apun
hanya berisikan permohonan agar diberikan kekayaan. Kehormatan dan status
sosial hanya diukur dengan harta benda. Akhirat sebagai tempat tinggal
abadi di hari nanti tidak lagi mendapat perhatian. Dan halal haram juga tidak
lagi dipedulikan. Karena itulah dalam akhir sabdanya, Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam mengingatkan bahwa jika hal itu terjadi, maka:
فَتُهلِكُكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُم
Kemudian
(kemewahan) dunia itu akan membinasakan kalian seperti telah membinasakan
mereka.”
Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah.
Kekayaan duniawi yang dimiliki oleh setiap orang
adalah ujian, yang akan menempatkannya sebagai penghuni surga, atau harta itu
akan menjadi jalan menuju neraka. Oleh
karenanya, wajib bagi setiap muslim yang telah diberi kelebihan harta benda
oleh Allah, untuk menjadikan kekayaanya itu sebagai jalan menuju ridha-Nya,
dengan zakat, infaq, dan shadaqah.
Sesungguhnya
Allah telah memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang menafkahkan harta
mereka fi sabilillah:
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ
فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“dan apa saja yang kau infaqkan maka Allah akan
menggantinya dan Dialah pemberi rizqi yang sebaik-baiknya.” (Saba: 39)
Sedangkan
bagi orang-orang yang kikir dan tidak menafkahkan hartanya di jalan Allah, maka
Allah memberikan ancaman:
وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ
وَالْفِضَّةَ وَلا يُنفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ
أَلِيمٍ * يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا
جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَا كَنَزْتُمْ لأَنفُسِكُمْ
فَذُوقُوا مَا كُنتُمْ تَكْنِزُونَ
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa
yang pedih, Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya
dahi mereka, lambung
dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk
dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." (At-taubah: 34-35)
(اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،
إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ) (رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ
نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا
حَمَلْتَهُ عَلَى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ
طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا
فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ) (رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ) والحمد لله رب
العالمين