Ummu ‘Imarah: Ibu sebenar-benar Ibu
Ketika putra Ummu ‘Imarah yang bernama Habib
menjadi utusan untuk menemui Musailamatul Kadzdzab si Nabi Palsu.
Musailamah bertanya: “Apakah kamu bersaksi bahwa
Muhammad adalah Rasulullah?”
Habib menjawab: “Iya.”
Musailamah bertanya lagi: “Apakah kamu bersaksi
bahwa aku adalah Rasulullah?”
Habib menjawab: “Aku tuli dan buta.”
Jawaban Habib jelas dipahami. Dia tuli dan buta;
tidak pernah mendengar dan melihat Musailamatul Kadzdzab sebagai Rasul. Karena
jawaban itu Musailamah marah.
Berulang-ulang Musailamah menanyakan hal yang sama.
Dan sebanyak pertanyaan itu Habib menjawab dengan jawaban yang tak berubah.
“Aku tuli dan buta. Lakukanlah apapun yang ingin
kamu lakukan.”
Demikian jawaban tegas seorang anak shaleh dari ibu
yang shalehah. Meskipun untuk setiap jawaban seperti itu dia harus kehilangan
bagian-bagian tubuhnya. Ya… Setiap Habib menjawab demikian, maka Musailamah
memotong satu bagian tubuhnya. Hingga pada akhirnya Habib gugur syahid dengan
tubuh yang terpotong-potong.
Ketika kabar kematian putranya dengan cara seperti
itu, disiksa, dan dipotong-potong tubuhnya karena mempertahankan kebenaran,
Ummu Imarah, sang Ibu mulia ini bukan marah, tidak pula dia meratap-ratap.
Tetapi kalimat indah dari lisannya mengungkapkan kata kesabaran yang luar
biasa. Dia berucap:
“Untuk peristiwa seperti inilah aku persiapkan
anak-anakku…”
Subhanallah… Itulah Ibu, sebenar-benar ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar