Berkreasi, Berkarya, Berjuang dengan Pena

Kamis, 23 Desember 2010

LAKI - LAKI TERBAIK

LAKI – LAKI TERBAIK
(hanya catatan kecil untuk laki – laki, persembahan untuk para ibu)
Perintah bagi laki – laki (suami) untuk mempergauli wanita (istri) dengan baik telah tegas diperintahkan di dalam firman Allah “...dan pergaulilah mereka (istri-istri) dengan cara yang ma’ruf (baik)... (An-Nisa’ 19). Memperlakukan wanita (istri) dengan baik seperti diperintahkan dalam ayat tersebut tidak dibatasi pada perbuatan tertentu. Perlakuan baik itu diperintahkan pada setiap hal dan setiap perbuatan. Maka penjabaran dari mempergauli atau memperlakukan istri dengan baik adalah perlakukan dengan baik pada seluruh urusan dalam hubungan antara suami dan istri; berbicara dengan baik, sopan kepada istri, menegur kesalahan istri dengan baik, memanggil istri dengan panggilan yang baik, termasuk memberikan nafkah untuk istri dengan cara yang ma’ruf.
Coba perhatikan perkataan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan bagaimana beliau mencontohkan bentuk perkataan beliau dalam perbuatan kepada istri – istri beliau. Beliau berkata “Sebaik – baik kamu (laki – laki) adalah orang yang paling baik (perlakuannya) kepada istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik kepada istriku.” (H.R. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah). Beliau juga berkata “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya; dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya. (HR. At-Tirmidzi). Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah manusia paling mulia. Aisyah menceritakan bagaimana Rasulullah memuliakannya, Aisyah berkata, “Rasulullah melayani keperluan istrinya, memasak, menyapu lantai, memerah susu dan membersihkan pakaian. Dia memanggil istrinya dengan gelar (panggilan) yang baik”. Setelah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meninggal dunia, ada beberapa orang sahabat menemui Aisyah, memintanya agar menceritakan perilaku Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Aisyah sesaat tidak menjawab pertanyaan itu. Air matanya berderai kemudian dengan nafas panjang ia berkata: “Kaana Kullu Amrihi Ajaba… (…semua perilakunya indah).
Dalam perkataannya, Nabi menjadikan ukuran bahwa kebaikan laki – laki diukur dan dinilai dari bagaimana dia memperlakukan istrinya. Nabi juga memberikan contoh bagaimana beliau sangat memuliakan istri – istri dan mempergauli mereka dengan baik seperti beliau memanggil ‘Aisyah dengan panggilan Humaira’ (yang berpipi merah). Jika Nabi meletakkan ukuran kebaikan laki – laki adalah pada bagaimana laki – laki mempergauli istrinya, maka dapat dipahami pula bahwa laki – laki yang bisa berbicara sopan kepada teman dan tetangganya, belumlah disebut laki – laki baik jika dia berbicara kasar kepada istrinya sendiri. Laki – laki yang dermawan untuk urusan sosial bisa jadi dikenal sebagai orang baik di lingkungannya, tetapi sebenarnya dia belum disebut laki – laki baik jika ternyata dia sangat pelit dalam memberi nafkah untuk istrinya sendiri. Bukankah Nabi telah bersabda “Ada empat dinar; satu dinar engkau berikan kepada orang miskin, satu dinar engkau berikan untuk memerdekakan budak, satu dinar engkau infakkan fi sabilillah, satu dinar engkau belanjakan untuk keluargamu. Dinar yang paling utama adalah yang engkau nafkahkan untuk keluargamu. (HR.  Muslim).
Memang benar bahwa laki – laki diciptakan lebih kuat dari pada wanita, diberi hak yang besar di atas wanita sampai Nabi berkata “Seandainya aku boleh memerintahkan kepada manusia bersujud kepada manusia lain, aku akan perintahkan para istri untuk bersujud kepada suami mereka karena besarnya hak suami yang dianugerahkan Allah atas mereka.” (HR. At-Tirmidzi). Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda Tidak patut bagi manusia untuk bersujud kepada manusia yang lain, dan kalau patut seorang manusia untuk bersujud kepada manusia yang lain tentu aku perintahkan kepada perempuan supaya bersujud kepada suaminya, karena besarnya hak suami atas perempuan.” (HR. Ahmad). Tetapi hendaklah diingat juga bahwa Nabi mengatakan Tidak akan memuliakan wanita kecuali laki-laki yang mulia, dan tidak akan merendahkan wanita kecuali laki-laki yang rendah pula.
Wahai laki – laki,
Muliamu, hinamu, dalam perlakuanmu kepada wanita (istri)mu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar